Breaking News
Loading...
Kamis, 05 Desember 2013

Kisah Inspiratif BJ. Habibie | Kisah Inspiratif

05.55

http://www.tokohtokoh.com/wp-content/uploads/2013/07/the-third-indonesian-president-bj-habibie-file-photo-_121222211612-104.jpg


BINTANTIMUR - Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.



Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini, harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.



Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar) pada Institut Teknologi Bandung.



Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude.

Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.



Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.



Sebagian Karya beliau dalam menghitung dan mendesain beberapa proyek pembuatan pesawat terbang :



* VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.

* Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.

* Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).

* Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )

* CN - 235

* N-250

* dan secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:

· Helikopter BO-105.

· Multi Role Combat Aircraft (MRCA).

· Beberapa proyek rudal dan satelit.



Sebagian Tanda Jasa/Kehormatannya :



* 1976 - 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.

* 1978 - 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

* Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT

* 1978 - 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).

* 1978 - 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.

* 1980 - 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)

* 1983 - 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).

* 1988 - 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.

* 1989 - 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.

* 1990 - 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.

* 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.

* 10 Maret - 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia

* 21 Mei 1998 - Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia





MASA KECIL BJ. HABIBIE


Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung(ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya,  R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.



Berbeda dengan rata-rata mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di luar negeri, kuliah Habibie (terutama S-1 dan S-2) dibiayai langsung oleh Ibunya yang melakukan usaha catering dan indekost di Bandung setelah ditinggal pergi suaminya (ayah Habibie). Habibie mengeluti bidang Desain dan Konstruksi Pesawat di Fakultas Teknik Mesin. Selama lima tahun studi di Jerman akhirnya Habibie memperoleh gelar Dilpom-Ingenenieur atau diploma teknik (catatan : diploma teknik di Jerman umumnya disetarakan dengan gelar Master/S2 di negara lain) dengan predikat summa cum laude.



Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan  indeks prestasi summa cum laude.



Karir di Industri

Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm  atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973). Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.



Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” di negeri Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.




KARIR & KARYA B.J.HABIBIE



Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman, sehingga mencapai puncak karier sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto.


Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998. Sebelum menjabat Presiden (21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999), B.J. Habibie adalah Wakil Presiden (14 Maret 1998 - 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.


Ia diangkat menjadi ketua umum ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), pada masa jabatannya sebagai menteri.


Karya Habibie


  • Proceedings of the International Symposium on Aeronautical Science and Technology of Indonesia / B. J. Habibie; B. Laschka [Editors]. Indonesian Aeronautical and Astronautical Institute; Deutsche Gesellschaft für Luft- und Raumfahrt 1986
  • Eine Berechnungsmethode zum Voraussagen des Fortschritts von Rissen unter beliebigen Belastungen und Vergleiche mit entsprechenden Versuchsergebnissen, Presentasi pada Simposium DGLR di Baden-Baden,11-13 Oktober 1971
  • Beitrag zur Temperaturbeanspruchung der orthotropen Kragscheibe, Disertasi di RWTH Aachen, 1965
  • Sophisticated technologies : taking root in developing countries, International journal of technology management : IJTM. - Geneva-Aeroport : Inderscience Enterprises Ltd, 1990
  • Einführung in die finite Elementen Methode,Teil 1, Hamburger Flugzeugbau GmbH, 1968
  • Entwicklung eines Verfahrens zur Bestimmung des Rißfortschritts in Schalenstrukturen, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1970
  • Entwicklung eines Berechnungsverfahrens zur Bestimmung der Rißfortschrittsgeschwindigkeit an Schalenstrukturen aus A1-Legierungen und Titanium, Hamburger Flugzeugbau GmbH, Messerschmitt-Bölkow-Blohm GmbH, 1969
  • Detik-detik Yang Menentukan - Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi, 2006 (memoir mengenai peristiwa tahun 1998)
  • Habibie dan Ainun, The Habibie Center Mandiri, 2009 (memoir tentang Ainun Habibie)





HIKMAH YANG DAPAT DI AMBIL DARI TOKOH B.J.HABIBIE



Bagi orang-orang sangatlah “wajar” seorang Habibie memiliki kecerdasan yang luar biasa. Berasal dari daerah yang berbukit – bukit sampai bergunung lebih dari 40% itu saja sudah menempa Habibie kecil lebih tegar dan kerja keras. Kalau kita perhatikan di Siroh Nabawiyah (sejarah nabi) kenapa pula Rasulullah Muhammad SAW yang terlahir di daerah tandus dan gersang tapi malah mengembala kambing. Tentu ada hikmah besar di situ. Pun demikian, Habibi yang terlahir di daerah perbukitan bahkan bergunung. Tentu dibutuhkan fisik prima, kerja keras, ulet dan pantang menyerah. Nilai pengajaran itulah yang sudah diterima Habibie kecil dan tentu sedikit banyak berpengaruh terhadap perjalanan hidupnya sekarang.


Konon BJ. Habibie selama menempuh pendidikan, mulai dari SD – SLTA tidak pernah rangking tiga. Selalu rangking satu, atau turun satu tangga di rangking dua. Saya jadi teringat waktu kecil dulu, ibu dan bapak saya selalu menyemangati untuk bisa menjadi pintar dan selalu mencontohkan biar kayak habibie. Atas kecerdasannya itulah yang mengantarkan Habibie kuliah dengan predikat Summa Cum Laude.


Setelah bertahun – tahun kuliah di Jerman dengan berbagai prestasinya, BJ Habibie kembali ke tanah air atas undangan Presiden Soeharto. Dan langsung dipercaya memimpin Divisi Advanced Technology Pertamina yang merupakan cikal bakal BPPT (1974-1978), Penasehat Pemerintah RI di Bidang Pengembangan Teknologi dan Pesawat Terbang yang bertanggungjawab langsung kepada Presiden Soeharto (1974-1978).


Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, BJ. Habibie dengan empat program alih teknologi (salah satunya memproduksi pesawat asli Indonesia “Gatutkaca”) sangat dimanjakan dengan aliran subsidi dari Pemerintah yang sangat besar melalui IPTN – Industri Pesawat Terbang Nasional besutan BJ. Habibie.


Sayang, pada masa reformasi empat program alih teknologi tersebut kandas ditengah jalan oleh karena IMF memasukan klausul dalam LOI-nya bahwa Pemerintah Indonesia dilarang memberikan subsidi kepada IPTN.


Ketika menjabat sebagai Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto, walaupun cuma memimpin 518 hari, menurut saya banyak prestasi telah diraihnya. Selama menjabat Presiden tiada hari yang berdemo, tapi beliau memimpin dengan santun. Beliau telah berhasil memimpin Indonesia pada masa transisi itu tanpa gejolak kepemimpinan yang mengerikan dan berlangsung lama. Setelah masa kepemimpinan beliaulah lahir pemilu 1999 yang pertama langsung, jujur, diikuti banyak parpol dan tanpa intimidasi. Dan hasilnya sudah kita ketahui bersama. Walaupun diprotes keras memberikan opsi otonomi luas yang pada akhirnya lepaslah Timtim dari pelukan ibu pertiwi, tapi beliau keukeuh pada pendiriannya. Menurut saya pribadipun wajar saja beliau melepas Timtim, dengan salah satu pertimbangannya ekonomi maka siapapun Presidennya akan berpikiran sama. Kita tidak bisa membayangkan berapa Rupiah yang mengalir dari Pemerintah Pusat ke Timtim baik yang berbentuk DAK, DAU. Mungkin akan berbeda jika ternyata SDA di Timtim bisa memberikan kontribusi ke Pemerintah Pusat baik berbentuk bagi hasil atau apapun namanya karena kemampuan SDMnya. Tapi kenyataannya tidaklah demikian.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer